Candi Borobudur, salah satu keajaiban arsitektur dunia dan ikon budaya Indonesia, memiliki sejarah yang kaya dan penuh misteri. Terletak di Magelang, Jawa Tengah, Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan telah menjadi situs warisan dunia UNESCO sejak 1991. Artikel ini akan mengulas sejarah terbentuknya Candi Borobudur, dari asal-usulnya hingga menjadi salah satu situs bersejarah paling penting di dunia.
Latar Belakang Sejarah
Pembangunan di Era Dinasti Syailendra
Candi Borobudur dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra, sekitar abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Dinasti Syailendra adalah penguasa kerajaan yang dikenal sebagai penganut agama Buddha Mahayana. Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra diyakini sebagai penggagas pembangunan Borobudur.
“Pembangunan Candi Borobudur dimulai sekitar tahun 780 M dan selesai sekitar tahun 825 M,” kata Dr. Hariyadi, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada. “Proses pembangunannya memakan waktu sekitar 45 tahun dan melibatkan ribuan pekerja.”
Lokasi dan Arsitektur
Candi Borobudur terletak di dataran Kedu, yang dikelilingi oleh pegunungan Menoreh di barat, Gunung Merapi dan Merbabu di timur, serta Gunung Sumbing dan Sindoro di utara. Lokasi ini dianggap suci dan strategis, mencerminkan konsep kosmologi Buddha.
Baca Juga : Liburan Sekolah Seru Di Gaia Hotel Bandung
“Lokasi Borobudur yang dikelilingi oleh gunung-gunung suci mencerminkan simbolisme mandala dalam ajaran Buddha,” kata Dr. Hariyadi.
Desain dan Struktur
Struktur Berundak
Borobudur memiliki desain berundak, terdiri dari sembilan platform bertingkat: enam persegi di bagian bawah dan tiga lingkaran di bagian atas, diakhiri dengan sebuah stupa utama di puncak. Struktur ini melambangkan tiga tingkat alam semesta dalam kosmologi Buddha: Kamadhatu (alam nafsu), Rupadhatu (alam bentuk), dan Arupadhatu (alam tanpa bentuk).
“Desain berundak Borobudur mencerminkan perjalanan spiritual dari dunia fana menuju pencerahan,” ujar Prof. Suharno, arkeolog dari Universitas Indonesia.
Relief dan Stupa
Borobudur dihiasi dengan lebih dari 2.600 panel relief yang menggambarkan ajaran Buddha, kisah-kisah Jataka, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa kuno. Ada juga 504 arca Buddha yang menghiasi candi, serta 72 stupa kecil yang mengelilingi stupa utama di puncak.
“Relief di Borobudur tidak hanya indah, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial, budaya, dan spiritual masyarakat pada masa itu,” kata Prof. Suharno.
Penemuan Kembali dan Restorasi
Terlupakan dan Terkubur
Setelah berabad-abad menjadi pusat spiritual dan ziarah, Borobudur secara perlahan terlupakan dan terkubur oleh abu vulkanik serta vegetasi tropis. Alasan pasti mengapa Borobudur ditinggalkan masih menjadi misteri, tetapi beberapa teori menyebutkan faktor bencana alam dan perubahan pusat kekuasaan.
Penemuan Kembali
Pada tahun 1814, Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, memerintahkan pencarian candi ini setelah mendengar laporan dari penduduk setempat. Raffles mengutus insinyur Belanda, H.C. Cornelius, untuk membersihkan situs tersebut. Penemuan ini membawa Borobudur kembali ke perhatian dunia.
“Penemuan kembali Borobudur adalah salah satu momen paling penting dalam arkeologi Indonesia,” kata Dr. Hariyadi. “Itu membuka babak baru dalam studi dan pelestarian warisan budaya kita.”
Restorasi Besar-Besaran
Pada tahun 1973, UNESCO bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memulai proyek restorasi besar-besaran Borobudur. Proyek ini memakan waktu sekitar sepuluh tahun dan melibatkan teknologi modern serta tenaga ahli dari berbagai negara. Borobudur akhirnya diresmikan kembali pada tahun 1983.
“Restorasi Borobudur adalah salah satu proyek pelestarian paling kompleks dan berhasil di dunia,” ujar Irina Bokova, mantan Direktur Jenderal UNESCO.
Borobudur sebagai Pusat Ziarah dan Pariwisata
Tempat Ziarah
Borobudur tetap menjadi situs ziarah penting bagi umat Buddha di seluruh dunia. Setiap tahun, ribuan peziarah datang untuk merayakan Hari Waisak, memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Buddha Gautama.
Destinasi Wisata Internasional
Selain sebagai tempat ziarah, Borobudur juga menjadi salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengagumi keindahan dan keagungan candi ini, menjadikannya simbol kebanggaan nasional.
“Borobudur adalah magnet bagi wisatawan, memberikan kontribusi besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi lokal,” kata Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia.
Candi Borobudur bukan hanya sebuah monumen bersejarah, tetapi juga simbol keagungan dan kecerdasan budaya Indonesia. Dari pembangunannya di bawah Dinasti Syailendra hingga penemuan dan restorasi kembali, Borobudur telah melalui perjalanan panjang yang mencerminkan kekayaan sejarah dan spiritualitas bangsa.
“Borobudur adalah warisan dunia yang harus kita jaga dan lestarikan,” kata Prof. Suharno. “Ini adalah saksi bisu dari masa lalu yang gemilang dan inspirasi untuk masa depan yang lebih baik.”
Dengan keindahan arsitekturnya yang megah dan sejarahnya yang kaya, Borobudur terus menginspirasi dan mempesona setiap orang yang mengunjunginya. Keberadaannya adalah pengingat akan kebesaran peradaban manusia dan pentingnya menjaga warisan budaya untuk generasi mendatang.